Convention Bandung 2004 (CB2004)
The 33rd Annual Convention & Exhibition 2004
Indonesian Association of Geologist
Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Oct 2004, Bandung
SEISMIC HAZARD ASSESSMENT: IN THE
CASE STUDY OF MINESITE AREA-CENTRAL KALIMANTAN
Engkon K. Kertapati
Geological Research and Development Centre,
Abstract
The low-seismicity Central Kalimantan has never experienced any earthquake
damage. Thus, earthquake-resistant design has not been specifically required
in the building codes. However, it has been realized that urban and mine areas
located rather distantly from earthquake sources may also be affected by
tremors. The key is basically determined by how well seismic hazards derived
from seismic potency can be estimated. In this paper, the potential ground
motion in terms of the peak ground accelerations (PGAs) due to long – distance
East Kalimantan and West Sulawesi earthquakes (far field earthquake) is
investigate, following a probabilistic seismic hazard assessment approach.
Earthquakes that have occurred in radius of 500 km (far field) in the last 50 year
are used. Based on the PGAs of more than 50% East Kalimantan and West
Sulawesi earthquakes recorded in Central Kalimantan, the attenuation
relationship of Fukushima and Tanak (1992) is found to correlate well with the
high-rate attenuation characteristic of the region. The predicted design basis
PGA for Tailings Dam, i.e., PGA with 10% probability of being exceeded in a
20-year exposure time, on rock outcrops site is 0.041 g (g=gravity value), or
0.103 g on soft soil. And 0.105 g with 10% probability of being exceeded in a
1000 year exposure time on rock ou-crops or 0.261 g for soil. However, the
increasing number of felt tremors in recent yaers demonstrates suc as:
Muarateweh earthquake, which occurred on July 05, 1996, that although no
significant damage was report, the earthquake was strongly felt.
Keywords: ground acceleration, ground-motion, attenuation function, earthquake-resistant
design.
Abstrak
Kalimantan Tengah dengan tingkat kegempaan yang rendah, tidak pernah
mengalami gempabumi merusak. Oleh karena itu, rancangan bangunan tahan
gempa, secara khusus tidak diperlukan dalam kode bangunan. Walaupun
demikian, perkotaan dan daerah-daerah penambangan yang agak berjarak dari
sumber-sumber gempabumi dapat dipengaruhi oleh tremor/goncangan
gempabumi. Kunci dasarnya adalah bagaimana penentuan bahaya-bahaya gempabumi dengan baik, yang didapat dari estimasi potensi-potensi sumber
gempabumi. Dalam makalah ini, potensi goncangan tanah berdasarkan atas
syarat-syarat percepatan puncak tanah dari kajian/penelitian jarak jauh
gempabumi-gempabumi di Kalimantan Timur dan Sulawesi barat, dengan
mengikuti prosedur kajian probabilistik/kebolehajadian. Gempabumigempabumi
tersebut terjadi dalam waktu 50 tahun terakhir dengan radius 500
km. Berdasarkan nilai Percepatan Puncak Tanah tercatat sekitar 50% lebih
gempabumi-gempabumi Kalimantan Timur dan Sulawesi Barat yang telah
tercatat di Kalimantan Tengah, fungsi atenuasi Fukushima dan Yanaka (1992)
yang dipakai merupakan fungsi atenuasi yang berkaitan erat dengan
karakteristik tinggi wilayah tersebut. Perkiraan Percepatan Puncak Tanah
rencana untuk rancangan Bendungan Tailing/limbah padat tambang pada
batuan dipergunakan angka percepatan puncak 0,041 g (g = nilai gravitasi
bumi) dengan 10% kemungkinannnya terjadi dalam waktu 20 tahun, atau 0,103
g untuk tanah lunak. Dan 0,105 g dengan 10% kemungkinannnya terjadi dalam
waktu 1000 tahun pada batuan atau 0,261 g untuk tanah lunak. Bagaimanapun
juga, bahwa akhir-akhir ini terdapat gejala peningkatan tremor gempabumi,
seperti dengan telah terjadi Gempabumi Muarateweh tanggal 5 Juli 1996,
walaupun dilaporkan tidak terjadi kerusakan akan tetapi goncangan dirasakan
kuat.
Kata-kata kunci : percepatan tanah, goncangan tanah, fungsi atenuasi, rancangan tahan
gempabumi
Comments :
0 comments to “SEISMIC HAZARD ASSESSMENT: IN THE CASE STUDY OF MINESITE AREA-CENTRAL KALIMANTAN”
Post a Comment