Convention Bandung 2004 (CB2004)
The 33rd Annual Convention & Exhibition 2004
Indonesian Association of Geologist
Horizon Hotel, 29-30 Nov, 1 Oct 2004, Bandung
SISTEM AKUIFER KETERKAITANNYA
ANTARA MORFOLOGI DAN
KETERDAPATAN AIR TANAH DI DAERAH
PEKANBARU, PELIAHARI DAN
BENGKALIS, PROPINSI RIAU.
Robi S Hidayat
Abstrak
Daerah pemetaan hidrogeologi lembar 0816 Pekanbaru. Secara geografis
terletak pada garis 100° 30’ – 102° 00’ Bujur Timur dan garis 00° 00’ - 01° 00’
Lintang Selatan. Sedangkan secara admunistrasi pemerintah daerah pemetaan
ini terletak di Provinsi Riau meliputi wilayah Kota Pekanbaru, sebagian
Kabupaten (Kab) kampar, Kab. Palelawan, dan Kab. Bengkalis. Hampir
sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah pemetaan, memenuhi
kebutuhan air bersih dari budidaya sendiri, yakni dari air tanah melalui sumur
gali, mata air, maupun air sungai. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa
peranan air tanah dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi penduduk,
masih sangat dominan.
Morfologi daerab pemetaan dapat dibedakan atas tiga satuan, yakni satuan
morfologi dataran, perbukitan rendah, dan perbukitan tinggi. Setiap satuan
tersebut mempunyai karakteristik geomorfologi tersendiri, yang memberikan
kontrol yang berbeda terhadap keterdapatan air tanahnya. Lithologi akuifer
daerah penyelidikan berdasarkan jenis kesarangannya dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) sistem yaitu :
1. Sistem akuifer melalui ruang atau butir
2. Sistem akuifer melalui celahan, dan ruang antar butir
3. Sistem akuifer melalui rekahan
Setiap sistem tersebut tersusun oleh berbagai jenis litologi dengan kelulusan
yang berbeda-beda. Aluvium dan sedimen klastik yang berumur kuarter
menunjukkan kelulusan sedang sampai tinggi, sedangkan campuran batuan
beku dengan batuan malihan umunya berkelulusan rendah sampai sangat
rendah. Berdasarkan keterkaitan antar morfologi dan keterdapatan air
tanahnya. daerah pemetaan dapat dibedakan atas dua mandala air tanah
(groundwater province), yakni mandala air tanah dataran dan perbukitan.
Setiap mandala air tanah ini menunjukkan ciri hidrogeologi yang berbeda.
Setempat keterdapatan air tanah di sebagian mandala air tanah dataran
mempunyai arti yang penting ditinjau dari segi produktivitas akuifernya,
digolongkan sebagai akuifer tidak tertekan dan semi tertekan hingga tertekan
yang benlapis-lapis (multy layers), sedangkan pada mandala air tanah
perbukitan tergolong sebagai akuifer tidak terekan yang kurang produktif, air
tanah dengan jumlah terbatas dijumpai di bagian lembah dan zone pelapukan
batuan. Angka keterusan (T) dari kelompok akuifer endapan aluvium umumnya
termasuk sedang hingga tinggi. Debit sumur lebih besar dan 5 1/det, muka air
tanah sekitar 2,0 m di bawah muka tanah setempat. Pemunculan mata air
terutama dijumpai di mandala air tanah perbukitan, yakni di daerah Merangin,
Rantau Beringin, dan Banjar Salero dengan debit kurang dan 1 l/det.
Komposisi kimia air tanah didominasi oleh unsur magnesium bikarbonat,
sodium klorida, sodium bikarbonat, sodium nitrat, dan calsium bikarbonat. Mutu
air tanah di daerah pemetaan umumnya memenuhi persyaratan air minum
walaupun tingkat keasamannya rendah, serta air tanah didaerah pemetaan ini
tergolong layak untuk keperluan pertanian. Meskipun penelitian hidrogeologi
yang bersifat kuantitatif masih diperlukan uji akuifer, namun beberapa daerah
yang prospek pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya air tanahnya
paling menjanjikan yaitu daerah dataran antara lain daerah dataran Pekanbaru,
Rumbai, Tanab Merah, dan Minas, yaitu pada akuifer endapan rawa terdiri atas
pasir dan kerikil.
Geo-Environment & Hazard
Comments :
0 comments to “SISTEM AKUIFER KETERKAITANNYA ANTARA MORFOLOGI DAN KETERDAPATAN AIR TANAH DI DAERAH PEKANBARU, PELIAHARI DAN BENGKALIS, PROPINSI RIAU.”
Post a Comment